I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Oseanografi merupakan suatu cabang
ilmu pengetahuanyang berkembang secara tepat dan sering bersangkutan dengan
kerja sama intornasional. Oseanografi adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang lautan. Ilmu ini merupakan perpaduan dari berbagai ilmu yang berkaitan
dengan proses yang terjadi dalam suatu perairan laut. Ilmu dari perpaduan
antara lain : Ilmu tanah (geografi),ilmu fisika,ilmu geologi,ilmu iklim.
Ilmu
oseanografi terdiri dari berbagai cabang ilmu :
1. Fisika
oseanografi
2. Kimia
oseanografi
3. Biologi
oseanografi
4. Geologi
Fisika oseanografi adalah suatu ilmu
yang mempelajari ilmu-ilmu fisika yang tarjadi dalam laut baik itu antara laut
dengan daratan maupun laut dan atmosfer. Sehingga hal ini menyebabkan
terjadinya arus, gelombang dan pengaru arus terhadap iklim dunia. Kimia
oseanografi adalah ilmu tentang reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam lautan
separti pH, dan salinitas. Biologi oseanografi adalah suatu ilmu yang
mempelajari semua organisme yang hidup di perairan laut. Sedangkan geologi oseanografi adalah
ilmu yang mempelajari tentang asal urus terjadinya lautan.
Perairan laut merupakan habitat yang
baik untuk organisme. Air adalah suatu zat pelarut yang paling baik, dimana air
ini bersifat sangat berdaya guna maupun melarutkan zat-zat lain dalam dalam
jumlah yang lebih besar daripada zat cair lain. Sifat ini dapat dilihat
banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktek ini
adalah untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai teknik pengukuran
parameter-parameter fisika kimia air laut (suhu, salitas dan kecerahan) serta
dinamika laut medlalui pasang surut,arus,gelombang.
1.3. Manfaat
Manfaat pelaksanaan praktek ini agar
mahasiswa dapat mengukur dan mengetahui secara langsung parameter-parameter
fisika kimia air laut (suhu,salinitas dan kecerahan) serta dinamika air laut melalui pasang surut,arus dan gelombang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Lingkup Oseanografi
Oseanografi
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang lautan. Ilmu ini merupakan perpaduan
dari berbagai ilmu yang berkaitan dengan proses yang terjadi dalam suatu
perairan laut. Ilmu dari perpaduan antara lain :Ilmu tanah (geografi),Ilmu
fisika,Ilmu geologi,Geologi dan Ilmu iklim.
Ilmu
oseanografi terdiri dari berbagai cabang ilmu :
1. Fisika
oseanografi
2. Kimia
oseanografi
3. Biologi
oseanografi
4. Geologi
2.2. Parameter fisika kimia air laut
2.2.1.
salinitas
Ciri khas dari air laut adalah
rasanya yang asin disebabkan karena didalam air laut terlarut bermacam-macam
garam, natrium klorida (NaCl). Rasa asin tersebut dikenal dengan keragaman
(salinitas), yaitu jumlah berat semua garam yang terlarut dalam air laut
(Nontji, 2007).
Meskipun salinitas dipengaruhi
produktivitas individu fitoplankton, namun umumnya peranannya tidak besar. Di
perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya suksesi
jenis dari pada produktivitas secara keseluruhan (Chua, 1970 dalam Odum, 1994). Kehidupan berbagai
jenis fitoplankton dapat dipengaruhi oleh salinitas perairan, yaitu pada
perubahan berat jenis air laut serta perubahan dalam tekanan osmosis (Nugroho,
2006).
2.2.2.
Suhu
Setiap jenis fitoplankton memiliki
suhu optimal sendiri dan sangat tergantung pada media dan faktor-faktor lain
seperti intensitas cahaya, sehingga dapat diduga bahwa suhu dapat berperan
dalam perubahan komposisi jenis meskipun mungkin bukan faktor satu-satunya.
Pada umumnya suhu optimal pada perkembangan fitoplankton adalah antara 290C
– 30 0C tetapi fitoplankton berkembang dengan baik pada suhu 25 0C
atau lebih.
Suhu merupakan faktor penting yang
mempengaruhi proses penyebaran dan kehidupan organisme di laut. Suhu secara
tidak langsung mempengaruhi laju fotosintesis, di mana pengaruh langsung pada
enzimatik dalam fotosintesis ditentukan oleh suhu, sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu suhu mempengaruhi hidrologis bagi kehidupan di laut. Semakin
dalam perairan suhu semakin rendah dan salinitas semakin tinggi, sehingga
mengurangi laju penenggelaman fitoplankton. Suhu air permukaan di perairan
Indonesia menunjukan ciri khas perairan
tropis, yaitu umumnya relatif tinggi dengan perbedaan sebaran horizontal yang
kecil.
2.2.3.
pH (Derajaat Keasaman)
Nilai pH menunjukkan
derajat keasaman atau kebasahan suatu perairan. Karena pH mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan akuatik, maka pH suatu
perairan seringkali dipakai sebagai petunjuk baik atau buruknya perairan
sebagai lingkungan hidup (Odum, 1994 dalam
Nugroho, 2006).
Hubungan pH dengan sebaran
fitoplankton di perairan alamiah ternyata sangat menarik, berkaitan dengan
masalah pencemaran yang dihubungkan dengan hujan asam dan proses pengasaman
perairan secara alami. Banyak spesies diatom yang sensitif terhadap tersedianya
unsur-unsur karbon (C) dan pH melalui kontrol unsur karbon pada proses
fotosintesis. Sebagian besar diatom kurang sensitif terhadap perubahan besar pH
di perairan (Prescott, 1980 dalam Nugroho,
2006). Spesies diatomae yang hidup pada perairan eutrofik (kebanyakan nutrisi)
lebih toleran pada pH yang lebih tinggi dari pada perairan yang oligotrofik
(miskin nutrisi).
2.2.4.
DO (Dissolved
Oxygen)
Distribusi oksigen terlarut (Dissolved Oxigen) di perairan sungai
umumnya lebih merata dibandingkan dengan perairan tergenang. Hal ini disebabkan
oleh adanya gerakan air yang kontinyu, sehingga memungkinkanterlarutnya oksigen
dari udara ke air. Oksigen terlarut dalam air pada umumnya berasal dari difusi
oksigen udara melalui permukaan air pada siang hari. Oksigen merupakan salah
satu unsur yang penting di perairan yaitu sebagai pengatur proses-proses
metabolisme komunitas, Selain itu, kandungan produktivitas primer di suatu
perairan dari hasil fotosintesis.
Penurunan
DO dapat disebabkan oleh pencemaran air yang mengandung bahan organik sehingga
menyebabkan organisme terganggu. Semakin kecil nilai DO maka pencemaran makin tinggi. Bahan buangan
yang memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan-bahan organik karena bahan
organik yang memerlukan oksigen dapat menurunkan oksigen terlarut dalam air,
maka diperlukan pengujian terhadap bahan-bahan buangan untuk mengetahui tingkat polusi air.
2.3. Dinamika perairan
2.3.1.
Pasang surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena
jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut
atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut
bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah
dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan
lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar
daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak
bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi
dan bidang orbital bulan dan matahari.
2.3.2.
Gelombang
Gelombang adalah fenomena naik-turunnya permukaan laut. Selain di permukaan, gelombang dapat terjadi
pula di dalam badan air laut yang disebut gelombang internal (internal wave).
Ü
Penyebab terjadinya
gelombang
Triatmodjo
(1999) mengemukakan bahwa gelombang tersebut meliputi gelombang angin yang dibangkitkan
oleh tiupan angin dipermukaan laut, gelombang pasang surut yaitu yang
dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan
terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau
gempa dilaut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak dan
sebagainya.
Ü
Parameter gelombang laut
Ilahude
(1999) menyatakan bahwa dalam mempelajari gelombang terdapat beberapa istila
penting yang perlu diketahui lebih dahulu. Pengetahuan tersebut agar
menghindari kesalahan persepsi dalam mengenali ciri-ciri gelombang. Adapun
istilah-istilah yang berkenaan dengan parameter gelombang antara lain :
1.
Tinggi gelombang (H) : selisih antara puncak dan lembah
gelombang dengan satuan meter (m)
2.
Amplitudo gelombang (A) : jarak setengah (1/2) dari
tinggi gelombang yang biasa dinyatakan dalam satuan meter (m)
3.
Periode gelombang (T) : waktu yang diperlukan oleh dua
puncak gelombang untuk melewati suatu titik tertentu (titik pengamatan) dengan
satuan detik (s)
4.
Panjang gelombang (λ baca lamda) : jarak mendatar
antara dua puncak atau lembah gelombang dengan satuan meter (m)
5.
Kecepatan gelombang (C) : yaitu jarak yang ditempuh
oleh puncak gelombang dalam satuan waktu. Kecepatan ini mempunyai satuan
meter/detik (m/s)
6.
Frekuensi gelombang (f) : jumlah gelombang yang
melewati satu titik pengamatan pada periode waktu tertentu.
H
= Tinggi Gelombang
L = Panjang Gelombang
A = Amplitudo, A = 0.5 H atau H = 2A
T = Periode Gelombang
f = Frekuensi Gelombang, 1/T
H/L = Keterjalan Gelombang
C = L/T atau C = Lf
L = Panjang Gelombang
A = Amplitudo, A = 0.5 H atau H = 2A
T = Periode Gelombang
f = Frekuensi Gelombang, 1/T
H/L = Keterjalan Gelombang
C = L/T atau C = Lf
Ü Klasifikasi gelombang
Secara garis besar gelombang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
bagian. Raharjo (1997) mengklasifikasikan gelombang menjadi 4 bagian, antara
lain :
1. Klasifikasi berdasarkan perbandingan kedalaman
perairan dan panjang gelombang, yang terbagi lagi atas :
Ø Gelombang perairan dalam
Ø Gelombang perairan dankal
Ø Gelombangtransisi
2. Klasifikasi berdasarkan pengaru gaya pembankit
3. Klasifikasi berdasarkan pengaru gaya pengembali
4. Klasifikasi berdasarkan prioda panjang
Berdasarkan priodenya, gelombang
dapat diklasifikasikan seperti yang di perlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 1.
Klasifikasi gelombang berdasarkan priodenya
Priode
|
Panjang
gelombang
|
Nama
|
0-0,2
0,2-9,0
9-15
15-30
0,5 menit-jam
12,5 : 25 jam
|
Cm
< 130 m
Ratusan meter
Beberapa ratus
meter
< ribuan km
Ribuan km
|
Ripples
Wind waves
Swell
Longswell
Long priode
waves dan trusunami
Pasang surut
|
3.3.3. Arus
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang
menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut
merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang
mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari
satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara
horizontal (gerakan ke samping). Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya
coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi.
Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke
kiri di belahan bumi selatan.
Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke
kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan
bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis
dikenal dengan spiral ekman (Pond dan Pickard, 1983).
Gambar 1. Peta
pengukuran arus
Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari
massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang
terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada
permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah
vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang
bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien
densitas air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air
(Gross,1990)
Pond dan Pickard
1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas
:
a. Gerakan dorongan angin
b. Gerakan termohalin
c.Arus Pasut
d. Turbulensi
e.Tsunami
f. Gelombang lain ; Internal,
Kelvin dan Rossby/Planetary
Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus
bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus
bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus
permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin
memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan
angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh
pada kedalaman 200 meter (Bernawis,2000)
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti
arah angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat
terlihat perubahannya antara musim barat dan musim timur maka arus laut
permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya
aliran air dari arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut
Flores. Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.Selain
pergerakan arah arus mendatar,
angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal dengan upwelling
dan downwelling di daerah-daerah tertentu. Proses upwelling adalah suatu proses
massa air yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter.
Angin yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian
atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada
di atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan
atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan
dengan suhu air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini
mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung
mengandung banyak fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai
makanan di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan.
III. METODOLOGI
3.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum di laksanakan pada
tanggal 27 november 2011 dengan lokasi praktikum di perairan pantai falajawa I
Kota Ternate Propinsi Maluku Utara.
3.2. Alat Dan Bahan
No.
|
Alat dan bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Layangan arus
|
Pengukuran arus
|
2.
|
Stopwatch
|
Penentuan waktu
|
3.
|
Kompas
|
Penentuan arah
|
4.
|
Wahana perahu
|
Alat pantu pengukuran arus
|
5.
|
Horiba
|
Pengukuran pH,salinitas,Do dan suhu
|
6.
|
Aquades
|
Membersikan
alat
|
7.
|
Alat
tulis menulis
|
Mencatat
data
|
8.
|
Tisu
|
Membersikan alat
|
9.
|
Kamera
hp
|
Dokumentasi
|
10.
|
Tide
Staff (palem pasut)
|
Mengetahui
diameter pasut
|
11.
|
Tiang penahan
|
Pengukuran
pasut
|
12.
|
Tali
|
Pengukuran laju
arus
|
3.3. Metode Pengukuran/Pengamatan
1. Pengamatan Pasang Surut
1.
Pengamatan atau pengambilan data tinggi muka air laut
sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan periode umur bulan, dimana paling baik
dilakukan pada saat periode bulan purnama atau baru.
2.
Pengamatan mulai dilakukan pada jam 07.00-09.00.
3.
Tinggi muka air laut (pasut) diperoleh dengan melihat
tinggi air yang terlihat pada tiang ukur (palem pasut) dalam satuan diameter
(dm), dimana 1 dm = 10 cm.
4.
Untuk mendapatkan pasang surut yang terdapat pada tiang
ukur, jika kondisi perairan tenang, anda bisa langsung bisa mencatat tinggi air
yang ditunjukan oleh nilai yang tertera pada tiang ukur. Tetapi jika
perairannya bergelombang, maka pembacaan tinggi air dilakukan dengan melihat
tinggi air pada puncak gelombang dan tinggi air pada lembah gelombang kemudian
dijumlahkan dan dibagi 2.
5.
Data yan diperoleh pada saat jam pengamatan selanjutnya
dimasukkan dalam tabel isian.
2. Pengamatan arus
Pada dasarnya, pengukuran arus dapat
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada dua metode pendekatan
dalam melakukan pengukuran arus secara langsung yaitu :
1.
Metode Langrarian: suatu metode yang menggunkan
benda-benda yang dapat terapung dalam air, dimana kecepatanna dapat diperoleh
dengan menghitung jarak tempuhnya persatuan waktu tertentu. Sedangakan arah
yang di tentukan menggunakan kompas.
2.
Metode Eularian: pengukuran arus yang dilakukan pada
satu titik stasiun tetap. Alat yang biasa di gunakan current meter, sistem
mooring.
Dalam
kegiatan praktikum ini menggunakan metode eularian (stasiun/titik tetap) dengan
menggunkan drounge (layangan arus).
Prinsip kerja pengukurannya:
1.
Alat ini diikstksn dengan tali sepanjang 5 meter
sebagai fungsi jarak.
2.
Alat ini kemudian dihayutkan, dan secara bersamaan saat
alat tersebut dihanyutkan, maka penghitungan waktu (stopwatch) dijalankan.
3.
Setelah alat ini bergerak hingga tali yang panjang 5
meter tadi meregang maka spotwatch dimatikan dan dicatat waktunya (fungsi T).
4.
Dengan prosedur yang sama, pengamatan arus ini dilkukan
sebanyak 3 kali ulangan pada setiap jam pengamatan.
5.
Dengan menggunakan rumus sederhana, maka kecepatan arus
dapat dihitung dengan persamaan V=S/t.
6.
Arah arus di tentukan dengan menggunakan kompas, yaitu
dengan membidik arah pergerakan alat.
3. Pengamatan Gelombang
1. Tinggi
gelombang
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan
dengan menggunakan papan berskala (tiang ukur pasut). Pengamatan dilakukan
secara visual saat gelombang datang, dimana tinggi gelombang diperoleh dari
selisih puncak gelombang dan lembah gelombang.
2. Periode gelombang
Pengukuran periode gelombang
dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Periode
gelombang diperoleh dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh dua puncak
gelombang secara berturut-turut yang melewati satu titik. Pengamatan dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan.
3. frekuensi
gelombang
Frekuensi gelombang diukur dengan
menggunakan stopwach, dimana nilainya diperoleh dengan melihat berapa banyak
jumlah gelombang yang datang/mencapai satu titik dalam satuan waktu tertentu
(dalam praktikum ini selama 1 menit). Pengamatan dilakukan sebayak 3 kali
ulangan.
4. Arah datang
gelombang
Arah gelombang diukur dengan
menggunakan kompas, dimana nilainya diperoleh dengan membidik puncak gelombang
yang merambat kearah pantai kemudian baca skala yang tertera pada kompas.
DAFTAR PUSTAKA
Diposaptono, S. 2007. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Direktorat
Bina Pesisir, Direktorat Jendral Urusan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Miharja, D. K., S. Hadi, dan M. Ali, 1994. Pasang Surut Laut. Kursus Intensive
Oseanografi bagi perwira TNI AL. Lembaga Pengabdian masyarakat dan jurusan
Geofisika dan Meteorologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut.
Ed. Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. P3O-LIPI. Jakarta. Hal. 13-23
Priyana, 1994. Studi pola Arus Pasang Surut di Teluk Labuhantereng
Lombok. Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanandan Kelautan.Institut Pertanian Bogor
Bernawis, Lamona I. 2000. Temperature and Pressure Responses on
El-Nino 1997 and La-Nina 1998 in Lombok Strait. Proc. The JSPS-DGHE
International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area.
Gross,M.G.1990.Oceanography : A View of Earth. Prentice Hall, Inc. Englewood
Cliff. New Jersey.
Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory dynamical Oceanography.
Second edition. Pergamon Press. New York.
mohon ijin ambil bahan bacan
BalasHapus