Sabtu, 30 Juni 2012

TEKNIK PENETUAN TINGKAT PENCEMARAN DI PERAIRAN TAWAR


TEKNIK PENETUAN TINGKAT PENCEMARAN DI PERAIRAN TAWAR

KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
MUCHDAR AYUB
                                                                    NPM 051608021          










PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2012









CURRICULUM VITAE
I. Biodata
Nama       : Muchdar Ayub
TTL          : Ternate 21 Januari 1988
NPM        : 051608021
Prodi        : Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas   : Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Agama     : Islam
Alamat     : BTN Kelurahan Marikurubu
II. Seminar dan Pelatihan
1.      Dialog interaktif Perencanaan Mina Politan Kota Ternate di RRI Ternate tahun 2010. Pelaksana BEM FPIK dengan DKP Kota Ternate.
2.      Seminar Nasiuonal HIMAPIKANI di Ternate. Pelaksana HIMAPIKANI Maluku Utara 2011.
3.      Seminar Nasional Anti Narkoba tahun 2012. Pelaksana Universitas Khairun Ternate.
4.      Pelatihan Scuba Diving di Ternate. Pelakasana UKM-Scuba Diving Unkhair tahun 2011.
5.      Pelatihan Open Water Scuba Diving di Ternate tahun 2011. Pelaksana Kawanua Dive Center.
Ternate, 27 Januari 2012
Yang membuat
(Muchdar Ayub)





RINGKASAN
Lingkungan dikatakan tercemar apabila lingkungan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Pencemaran di perairan dapat diketahui dengan menggunakan beberapa indikator salah satunya indikator biologi yaitu menggunakan fitoplankton. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perairan Tarakani terkontaminasi bahkan sampai tercemar, yaitu adanya aktivitas rumah tangga. Dengan adanya aktivitas masyarakat yang memanfaatkan danau Tarakani apakah dapat menyebakan perairan tercemar ? untuk menjawab pertanyaan tersebut,  maka dilakukan kajian menggunakan indeks saprobitas dengan fitoplankton sebagai indikator biologi guna menilai klasifikasi tingkat pencemaran di danau Tarakani.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kelimpahan fitolankton dan menentukan tingkat pencemaran perairan danau tarakani dengan menggunakan kofisien saprobitas. Manfaat dari penelitian adalah menambah informasi ilmiah kepada masyarakat tentang kondisi perairan berdasarkan tingkat pencemaran, sehingga dapat mengurangi aktifitas pembuangan limbah secara langsung ke perairan yang berdampak negatif terhadap danau Tarakani.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2011 dengan lokasi Penelitian di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Selatan Kabupaten Halmahera Utara dan pengamatan sampel dilakukan di Laboratoruim Karantina Ikan Bandara Babullah Ternate. Pengmpulan data dibagai dua yaitu data kualitas air dan fitoplankton. Data kualitas air dilakukan pengukuran langsung dilapangan, sedangkan untuk data fitoplankton diambil sampel air dengan planktonnet kemudian dilakukan analisis di Laboratorium Karantina Ikan Bandara Babullah Ternate. Kemudian dilakukan analisis data kelimpahan dan tingkat pencemaran menggunakan metode koefisien saprobitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Kelimpahan fitoplankton terdistribusi merata secara luas pada danau tarakani. Tingkat pencemaran di danau Tarakani tergolong pada fase Oligo/β- mesosaprobik atau tingkat pencemaran sangat ringan.

 


DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN .......................................................                        i
KATA PENGANTAR ......................................................................                       ii
DAFTAR ISI ....................................................................................                      iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................                      iv
DAFTAR TABEL .............................................................................                       v
RINGKASAN ..................................................................................                      vi
PENDAHULUAN ............................................................................                       1
TELAAH PUSTAKA .......................................................................                       3
1. Pencemaran Air .......................................................................                       3
2. Sumber-sumber Pencemaran ....................................................                       3
     2.1. Limbah Organik .....................................................................                       4
     2.2. Limbah Anorganik .................................................................                       4
3. Pengertian dan Fungsi Fitoplankton ........................................                       5
4. Kelimpahan Fitoplankton ........................................................                       6
5. Bio-Indikator Fitoplankton .....................................................                       6
6. Koefisien Saprobitas Fitoplankton ..........................................                       8
7. Parameter Lingkungan .............................................................                       9
     7.1. Suhu .......................................................................................                       9
     7.2. pH (Derajaat Keasaman) ........................................................                       9
     7.3. DO (Dissolved Oxygen) .........................................................                     10
     7.4. Kecerahan ..............................................................................                     11
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................                     12
1. Waktu Dan Tempat .................................................................                     12
2. Alat Dan Bahan .......................................................................                     12
3. Metode Pengambilan Data ......................................................                     13
     3.1. Tehnik Pengambilan Data ......................................................                     13
     3.2. Pengamatan Sampel ...............................................................                     13
     3.3. Pengukuran Parameter Lingkungan .......................................                     13
4. Analisis Data ...........................................................................                     15
     4.1. Kelimpahan Fitoplankton ......................................................                     15
     4.2. Koefisien Saprobitas ..............................................................                     15
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................                     17
1. Deskripsi Lokasi Penelitian .....................................................                     17
2. Parameter Kualitas Air ............................................................                     17
3. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton ...............................                     19
4. Penentuan Tingkat Pencemaran ...............................................                     20
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ..............................................................................                     23
2. Saran ........................................................................................                     23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................                     24
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................                     26

 


DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                         Halaman
     1        Peta lokasi penelitian .............................................................................. 12
     2        Koefisien Saprobitas Fitoplankton ......................................................... 21







PENDAHULUAN
Lingkungan dikatakan tercemar apabila lingkungan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Maksud dari peruntukannya adalah lingkungan tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi sebagai tempat untuk hidup dan berkembangbiak oleh makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan pengelolaan (UU No 32 Tahun 2009 dalam Murdianto, 2011) bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Danau Tarakani adalah salah satu danau yang terletak di Kecamatan Galela Selatan. Salah satu organisme yang hidup di dalamnya adalah ikan, ini terlihat dari beberapa masyarakat yang selalu melakukan pemancingan ikan dan adanya aktivitas budidaya yaitu Keramba Jaring Apung (KJA), sehingga dapat diasumsikan bahwa tersedianya pakan alami berupa plankton. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perairan Tarakani terkontaminasi bahkan sampai tercemar, yaitu adanya aktivitas rumah tangga.
Pencemaran di perairan dapat diketahui dengan menggunakan beberapa indikator salah satunya indikator biologi yaitu menggunakan fitoplankton. Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan air tawar. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan danau apabila jumlahnya berlebihan (blooming).
Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk air lainnya. Dengan adanya aktivitas masyarakat yang memanfaatkan danau Tarakani apakah dapat menyebakan perairan tercemar ? untuk menjawab pertanyaan tersebut,  maka dilakukan kajian menggunakan indeks saprobitas dengan fitoplankton sebagai indikator biologi guna menilai klasifikasi tingkat pencemaran di danau Tarakani.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kelimpahan fitolankton dan menentukan tingkat pencemaran perairan danau tarakani dengan menggunakan kofisien saprobitas.
Manfaat dari penelitian adalah menambah informasi ilmiah kepada masyarakat tentang kondisi perairan berdasarkan tingkat pencemaran, sehingga dapat mengurangi aktifitas pembuangan limbah secara langsung ke perairan yang berdampak negatif terhadap Danau Tarakani



TELAAH PUSTAKA
1.      Pencemaran Air
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik. Apabila kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau keperluan lainya. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar (http://www.bplhdjabar.go.id, 2009).
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan disuatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air (Hamdan, 2011).
Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata (http://naburjugolan-perikanan.blogspot.com, 2011).
2.      Sumber-sumber Pencemaran
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida (http://www.bplhdjabar.go.id, 2011).
2.1. Limbah Organik
Limbah organik memiliki definisi berbeda yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung
unsure karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas, plastik, dan karet (http://www.ipauniversal.co.cc, 2009).
Namun, secara teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah organik sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya, bahan-bahan organik alami namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas, dan bahan organik sintetik (buatan) yang juga sulit membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk dalam limbah organik. Hal ini berlaku terutama ketika orang memisahkan limbah padat (sampah) di tempat pembuangan sampah untuk keperluan pengolahan limbah (http://id.answers.yahoo.com, 2011).
Limbah organik yang berasal dari mahluk hidup mudah membusuk karena pada mahluk hidup terdapat unsur karbon (C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya relative sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Hasil pembusukan limbah organik oleh mikroorganisme sebagian besar adalah berupa gas metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan permasalahan lingkungan (http://adikristanto.net, 2011).
2.2. Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah anorganik meliputi limbah-limbah yang tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi
dari mobil bekas atau perkakas, dan aluminium dari kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsur
nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Seperti halnya limbah anorganik, pengertian limbah anorganik yang sering diterapkan di lapangan umumnya limbah anorganik dalam bentuk padat (
http://id.shvoong.com, 2011).
Limbah anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan anorganik seperti plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang (polimer) (http://id.shvoong.com/exact-sciences, 2011).
3.      Pengertian dan Fungsi Fitoplankton
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan ("planktos"), berarti "pengembara" atau "penghanyut". Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda-beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein (Sondoro, 2009).
Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal dan membentuk rantai. Fitoplankton disebut juga plankton nabati adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dalam perairan. Ukurannya sangat kecil, tak dapat dilihat dengan mata telanjang, berkisar antara 2 – 200 µm (1 µm = 0,001 mm). Meskipun ukuranya sangat halus namun bila mereka tumbuh sangat lebat dan padat bisa menyebabkan perubahan pada warna air danau yang bisa terlihat (Nontji, 2008).
Meskipun fitoplankton membentuk sejumlah besar biomassa di perairan tawar, kelompok ini hanya diwakili oleh beberapa filum saja. Sebagian besar bersel satu dan mikroskopik, dan mereka termasuk filum Chrysophyta, yakni alga kuning-hijau yang meliputi diatom dan kokolifotor. Selain ini terdapat beberapa jenis alga hijau-biru (Cyanophyta), alga coklat (Phaeophyta) dan satu kelompok besar dari Dinoflagellata (Pyrophyta). Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai alga hijau biru (Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae, Haptophyceae), dan silicoflagellata (Dictyochaceae, Chrysophyceae) (Juwana, 2009).
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di air tawar, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai produsen primer (primary producer) (Sondoro, 2009).
Fungsi fitoplankton di perairan sebagai makanan bagi zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva biota yang masih muda, mengubah zat anorganik menjadi organik dan mengoksigenasi air (wardiatno, 1990 dalam fachrul.2007). Bahan organik yang diproduksinya menjadi sumber energi untuk melaksanakan segala fungsinya. Tetapi disamping itu energi yang terkandung dalam fitoplankton dapat dialirkan ke berbagai komponen ekosistem lainnya lewat rantai pakan (food chain). Lewat rantai pakan ini seluruh fungsi ekosistem dapat berlangsung (Nontji, 2008).
4.      Kelimpahan Fitoplankton
Kelimpahan fitoplankton didefenisikan sebagai jumlah individu fitoplankton persatuan volume air, yang umumnya dinyatakan dalam individu per meter kubik (ind/m3) atau sel per meter kubik (sel/m3). Penggunaan fitoplankton sebagai indikator kualitas lingkungan perairan dapat dipakai dengan mengetahui keseragaman jenisnya yang disebut juga keheterogen jenis. Komunitas dikatakan mempunyai keseragaman jenis tinggi, jika kelimpahan masing-masing jenis tinggi sebaliknya keanekaragaman rendah jika hanya terdapat beberapa jenis yang melimpah (Pirzan, 2008).
5.      Bio-Indikator Fitoplankton
Fitoplankton merupakan salah satu indikator biologis yang terdapat di ekosistem perairan. Fitoplankton digunakan sebagai indikator biologis karena siklus mereka yang pendek, respon yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan dan komposisi jenis serta keberadaan mereka dapat digunakan untuk mengindikasi kualitas air (American Public Health Association, 1995 dalam Nugroho, 2006).
Fitoplankton dapat dijadikan indikator biologi yang dapat menentukan kualitas  perairan baik melalui pendekatan keragaman spesies maupun spesies indikator. Fitoplankton sebagai indikator biologis bukan saja menentukan tingkat kesuburan perairan (fase trofik), tetapi juga fase pencemaran yang terjadi dalam perairan. Hubungan  antara komunitas fitoplankton dengan produktivitas perairan adalah positif. Bila kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tinggi, maka dapat juga diduga perairan tersebut memiliki produktivitas perairan tinggi (Basmi, 1988) dalam (Elfinurfajri, 2009).
Setiap jenis fitoplankton berbeda reaksi fisiologi dan tingkah lakunya terhadap perubahan kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan berpengaruh terhadap stabilitas dan struktur ekosistem. Menurut park, 1980 dalam Fachrul, 2007 bahwa pencemaran merupakan kerusakan akibat akumulasi buangan yang dilakukan manusia, baik buangan yang berguna maupun tidak berguna.
Namun demikian untuk menggunakan komunitas organisme sebagai indikator jenis diperlukan sifat atau ciri yang mendukung, yaitu :
a)    Kehadiran atau ketidakhadiran suatu organisme dalam lingkungan perairan  sebagai faktor ekologi.
b)   Terdapat sistem penilaian kualitas air yang mudah, memberikan perbandingan.
c)    Penilaian kondisi air selalu berhubungan dengan waktu yang panjang, tidak hanya pengambilan sesaat.
d)   Sistem penilaian harus berhubungan dengan banyaknya pengambilan contoh dari keseluruhan kondisi perairan.
e)    Produktivitas fitoplankton dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan ataupun sebaliknya. Kelimpahan fitoplankton yang tinggi dapat mempengaruhi perubahan lingkungan seperti suhu, pH, warna air, rasa, bau dan lain sebagainya.
Menurut Walker (1981) dalam Fachrul (2007) organisme yang dapat dijadikan sebagai indikator  biologi pada perairan tercemar adalah organisme yang dapat memberikan respon terhadap sedikit banyaknya bahan pencemar dan meningkatkan populasi organisme tersebut. Organisme yang toleran akan mengalami penurunan, bahkan akan mengalami kemusnahan ataupun hilang dari lingkungan perairan tersebut.
6.      Koefisien Saprobitas Fitoplankton
Sistem saprobik merupakan sistem tertua yang digunakan untuk mendeteksi pencemaran perairan dari bahan organik yang dikembangkan oleh Kolkwitz dan Marsson (1908) in Nemerow (1991). Saprobitas menggambarkan kualitas air yang berkaitan dengan kandungan bahan organik dan komposisi organisme di danau. Komunitas biota bervariasi berdasarkan waktu dan tempat hidupnya. Dalam sistem ini, suatu organisme dapat bertindak sebagai indikator dan mencirikan perairan tersebut (Sladecek 1979).
Sistem saprobik didasarkan pada zonasi yang berbeda yang mengalami pengkayaan bahan organik yang dikarakteristikkan oleh tanaman (alga) dan hewan (bentos) secara spesifik. Adanya pencemar organik yang masuk ke dalam danau terkait dengan serangkaian waktu dan jarak aliran yang akan menciptakan kondisi lingkungan yang bebeda di sepanjang danau dan menghasilkan suksesi komunitas akuatik yang berbeda di danau (Nemerow 1991). Di sepanjang danau yang menerima limbah tersebut, komunitas biota akan melakukan proses pemulihan kondisi kualitas air.
Kolkwitz dan Marsson (1909) in Nemerow (1991) mengembangkan penilaian atau penafsiran dalam penentuan sistem saprobik terhadap limbah organik, dan kemudian membagi zona danau menjadi tiga zona berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
1)      Polisaprobik, merupakan zona perairan tercemar berat, kandungan bahan organik sangat tinggi, kandungan oksigen terlarut rendah atau bahkan tidak ada sama sekali, serta merupakan zona yang mengalami proses reduksi komunitas (komunitas biota mengalami penurunan). Pada kondisi ini fitoplankton didominasi oleh Euglenophyceae.
2)   Mesosaprobik, merupakan zona perairan tercemar sedang, komponen bahan organik lebih sederhana, kandungan oksigen lebih tinggi dibandingkan pada zona polisaprobik. Di zona ini terjadi proses mineralisasi oleh bakteri (konversi bahan organik menjadi bahan anorganik) yang hasilnya akan dimanfaatkan bagi pertumbuhan alga dan hewan yang toleran pada zona ini.
3)   Oligosaprobik, merupakan zona pemulihan, hanya terjadi pencemaran ringan dengan kandungan oksigen normal dan proses mineralisasi berlangsung dengan baik. Tumbuhan dan hewan dapat hidup baik di zona ini.
Klasifikasi oligosaprobik mencerminkan kualitas air bersih (berkaitan dengan perairan yang tidak tercemar) yang menggambarkan proses mineralisasi berlangsung dengan baik dan kandungan oksigen normal serta fitoplankton didominasi oleh Desmidiaceae dan Chlorophyceae. Perairan β-mesosaprobik merupakan perairan tercemar ringan; fitoplankton didominasi oleh Chlorophyceae dan diatom, serta Euglenophyceae mulai jarang/menghilang, dengan kandungan oksigen terlarut mulai meningkat. Perairan α-mesosaprobik merupakan perairan yang tercemar sedang; fitoplankton didominasi oleh Euglenophyceae, alga biru, dan diatom. Perairan polisaprobik mencerminkan perairan terpolusi berat; fitoplankton didominasi oleh Euglenophyceae serta kandungan oksigen terlarut yang rendah (Nemerow 1991).
7. Parameter Lingkungan
7.1. Suhu
Setiap jenis fitoplankton memiliki suhu optimal sendiri dan sangat tergantung pada media dan faktor-faktor lain seperti intensitas cahaya, sehingga dapat diduga bahwa suhu dapat berperan dalam perubahan komposisi jenis meskipun mungkin bukan faktor satu-satunya. Pada umumnya suhu optimal pada perkembangan fitoplankton adalah antara 290C – 30 0C tetapi fitoplankton berkembang dengan baik pada suhu 25 0C atau lebih.
7.2. pH (Derajaat Keasaman)
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asamasam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan. Limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan (Mahida, 1993).
Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai pH rendah. Selain itu, pH juga mempengaruhi nilai BOD5, fosfat, nitrogen dan nutrien lainnya (Dojildo and Best, 1992).
Hubungan pH dengan sebaran fitoplankton di perairan alamiah ternyata sangat menarik, berkaitan dengan masalah pencemaran yang dihubungkan dengan hujan asam dan proses pengasaman perairan secara alami. Banyak spesies diatom yang sensitif terhadap tersedianya unsur-unsur karbon (C) dan pH melalui kontrol unsur karbon pada proses fotosintesis. Sebagian besar diatom kurang sensitif terhadap perubahan besar pH di perairan (Prescott, 1980 dalam Nugroho, 2006). Pescod, (1973), mengatakan bahwa pH yang ideal untuk kehidupan fitoplankton berkisar antara 6.5 8.0.
7.3. DO (Dissolved Oxygen)
Distribusi oksigen terlarut (Dissolved Oxigen) di perairan sungai umumnya lebih merata dibandingkan dengan perairan tergenang. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan air yang kontinyu, sehingga memungkinkan terlarutnya oksigen dari udara ke air. Oksigen terlarut dalam air pada umumnya berasal dari difusi oksigen udara melalui permukaan air pada siang hari. Oksigen merupakan salah satu unsur yang penting di perairan yaitu sebagai pengatur proses-proses metabolisme komunitas, Selain itu, kandungan produktivitas primer di suatu perairan dari hasil fotosintesis.
Penurunan DO dapat disebabkan oleh pencemaran air yang mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme terganggu. Semakin kecil nilai DO  maka pencemaran makin tinggi. Bahan buangan yang memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan-bahan organik karena bahan organik yang memerlukan oksigen dapat menurunkan oksigen terlarut dalam air, maka diperlukan pengujian terhadap bahan-bahan buangan untuk mengetahui  tingkat polusi air.
Oksigen merupakan faktor penting bagi kehidupan makro dan mikro organisme perairan karena diperlukan untuk proses pernafasan. Sumber oksigen terlarut di perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Fluktuasi harian oksigen dapat mempengaruhi parameter kimia yang lain, terutama pada saat kondisi tanpa oksigen, yang dapat mengakibatkan perubahan sifat kelarutan beberapa unsur kimia di perairan (Effendi, 2003). Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l, sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara normal (Warhdana, 1995).
7.4. Kecerahan
Kecerahan air ditunjukkan dengan kedalaman secchi disk. Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi dalam perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan detritus. Kedalaman secchi disk merupakan faktor yang menentukan produktivitas perairan. Semakin besar nilai kedalaman secchi disk semakin dalam penetrasi cahaya ke dalam air, yang selanjutnya akan meningkatkan ketebalan lapisan air yang produktif. Tebal lapisan air yang produktif memungkinkan terjadinya pemanfaatan unsur hara secara kontinyu oleh produsen primer, akibatnya kandungan unsur hara menjadi berkurang (Sumich, 1988) dalam (Elfinurfajri, 2009).



METODOLOGI PENELITIAN
1.      Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2011 dengan lokasi Penelitian di perairan Danau Tarakani Kecamatan Galela Selatan Kabupaten Halmahera Utara dan pengamatan sampel dilakukan di Laboratoruim Karantina Ikan Bandara Babullah Ternate.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
2.      Alat Dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
No
Alat dan bahan
Kegunaan
1.
Plankton net
Mengambil sampel fitoplankton
2.
Ember
Penyaringan ke jaringan plankton net
3.
Botol aqua
Wadah penampung sampel plankton
4.
Pipet tetes
Mengambil sampel air (plankton)
5.
Beaker glass
Menampung sampel air saat diidentifikasi
5.
Kaca preparat
Menghitung/mencacah plankton yang telah tersaring, diletakkan di bawah mikroskop
7.
Mikroskop Binokuler
Mengamati fitoplankton
8.
DO meter
Mengukur oksigen terlarut
9.
Secchi disk
Mengukur kecerahan
10.
Termometer
Mengukur Suhu
11
Tali
Mengukur kedalaman
12.
Kamera digital
Dokumentasi
13.
Alat tulis menulis
Mencatat data
14.
Alkohol
Pengawetan sampel plankton
3.      Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan pada penelitian  ini adalah metode sampling, yaitu  Sampel atau sebagian dari populasi. Sampel yang diperoleh dibawah ke Laboratorium Karantina Ikan Bandara Babullah Ternate.
3.1. Tehnik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada 3 (tiga) stasiun, dimana pada masing-masing stasiun terdiri dari 3 (tiga) titik. Masing masing titik diulang sebanyak tiga kali. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, menggunakan planktonnet yaitu dengan saringan kerucut berdiameter 23 cm dan tinggi 40 cm, dengan cara mengambil sampel air dengan menggunakan ember berukuran 2 liter, lalu di masukan air kedalam planktonnet sebanyak 20 kali penyaringan. Air yang terdapat dalam botol planktonnet dengan diameternya 4,5 cm dan tinggi 12 cm, lalu air tersebut dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah diberi larutan alkohol 70%.
3.2. Pengamatan Sampel
Sampel yang diperoleh selanjutnya dimasukkan kedalam botol sampel yang telah diberi label sesuai dengan titik pengambilan sampel. Kemudian sampel tersebut dibawah ke Laboratorium Karantina Ikan Bandara Babullah Ternate untuk diidentifikasi/menghitung kelimpahan fitolankton di danau tersebut.
3.3. Pengukuran Parameter Lingkungan
Proses identifikasi yaitu sampel diambil dengan menggunakan pipet dengan volume tetes 0,2 ml untuk selanjutnya diletakkan diatas preparat dan diamati di bawah mikroskop 10 x 45 Lux. Identifikasi Fitoplankton dengan menggunakan petunjuk Tregouboff dan Rose ( 1957).
Sebagai data penunjang perlu dilakukan pengukuran parameter lingkungan seperti salinitas, suhu, pH, kelarutan oksigen, kecerahan dan kekeruhan dengan ulangan sebanyak 3x untuk masing-masing parameter. Cara pengukuran parameter lingkungan adalah sebagai berikut :
a.    Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan alat handrefraktometer :   
-          Pada kaca handrefraktometer dioleskan aquades untuk membuat standar angka nol.
b.   Suhu
  Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer :
-          Alat thermometer dicelupkan ke air selama beberapa detik.
-          Lalu  dibaca skala yang tertera sesuai dengan pergerakan air raksa.
c.    pH
pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter:
-          pH meter dicelupkan ke dalam air beberapa menit
-          Kemudian  dibaca skala yang tertera.
d.   DO (Dissolved Oxygen )
Pengukuran kadar O2 terlarut dengan menggunakan DO meter :
-          DO meter dicelupkan ke air selama beberapa detik.
-          Lalu dilihat skala yang tertera
c. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Eaton et al. 1995 in Supartiwi 2000). Nilai kekeruhan di perairan alami merupakan salah satu faktor terpenting untuk mengontrol produktivitasnya. Kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari oleh karenanya dapat membatasi proses fotosintesis sehingga produktivitas primer perairan cenderung akan berkurang (Wardoyo 1975 in Supartiwi 2000).
d. Kecerahan
Pengukuran kecerahan air dilakukan dengan menggunakan Secchi disk;
-     Secchi Disk diikat dengan tali lalu diberi pemberat
-     Kemudian Secchi Disk diturunkan ke perairan sampai tidak tampak, lalu dicatat kedalamannya  untuk pengamatan awal yaitu (D1)
-     Secchi Disk dinaikkan lagi sampai hampir tidak tampak, kemudian dicatat kedalamannya  (D2) Kemudian nilai dihitung dengan formula  
4. Analisis Data
4.1. Kelimpahan Fitoplankton
Penentuan keelimpahan fitoplankton dilakukan berdasarkan metode sapuan di atas gelas objek Segwick Rafter. Kelimpahan fitoplankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter. Kelimpahan plankton dihitung berdasarkan rumus:
dimana :
N    =  Jumlah individu per liter (ind/m2).
n     =  Jumlah sel yang diamati.
Vr   = Volume air yang tersaring (ml).
Vo  = Volume air yang diamati (pada Sedgwick Rafter) (ml).
Vs   = Volume air yang disaring (lt).
4.2. Koefisien Saprobitas
Sistem saprobitas ini hanya untuk melihat kelompok organisme yang dominan saja dan banyak digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran dengan persamaan Dresscher dan van Der mark (Koesoebiono, 1987):
dimana :         
X =  koefisien saprobik (berkisar antara antara-3 s/d 3)
Akelompok organisme Cyanophyta
B =  kelompok organisme Euglenophyta
C =  kelompok organisme Chlorophyta
D =  kelompok organisme Chrysophyta



Tabel 2. Hubungan antara koefisien saprobik (x) dengan tingkat pencemaran perairan  (Fachrul, 2007).
Bahan
Pencemar
Tingkat
Pencemar
Fase Saprobitas
Koefisien
Saprobik
Bahan
Organik
Sangat
Berat
Polisaprobik
Poli/ -mesosaprobik
(-3) – (-2)
(-2) – (-1,5)
Cukup berat
α -meso/polisaprobik
α –mesosaprobik
(-1,5) – (-1)
(-1) – (0,5)
Bahan
Organik dan anorganik
Sedang
α /β-mesosaprobik
β/α –mesosaprobik
(-0,5) – (0)
(0) – (0,5)
Ringan
β-mesosaprobik
β-meso/oligosaprobik
(0,5) – (1,0)
(1,0) – (1,5)
Bahan
Organik dan anorganik
Sangat Ringan
Oligo/β- mesosaprobik
Oligosaprobik
(1,5) – (2)
(2,0) – (3,0)





HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Deskripsi Lokasi Penelitian
Secara administratif  Danau Tarakani terletak dalam wilayah yang di kelilingi 13 desa di Kecamatan Galela Selatan Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara.  Secara umum Danau Tarakani memiliki keindahan alam yang istimewa, danau Tarakani di kelilingi dengan pohon-pohon kelapa, mangga dan pohon-pohon yang tumbuh secara alami. Sebagian besar masyarakat yang hidup disekitar Danau Tarakani memanfaatkan lingkungan perairan danau sebagai tempat budidaya ikan dengan menggunakan keramba jaring apung, selain itu masyarakat di sekitar danau juga memanfaatkan danau untuk mencuci pakaian dan mandi. Hal ini terlihat jelas dari aktifitas masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Tarakani tesebut.
Praktek kerja lapangan dilakukan pada tiga stasiun dimana pada setiap stasiun terdiri dari satu desa dengan tiga titik. Oleh karena tidak adanya alat tranportasi (Perahu) di danau tersebut maka pengambilan sampel di lakukan pada setiap stasiun/desa yaitu pada titik pertama di awal masuk stasiun/desa titik ke dua di pertengahan stasiun/desa titik ketiga di akhir perbatasan desa.
2. Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air merupakan faktor penentu bagi kehidupan fitoplankton, dari hasil pengamatan nilai kualitas air masih tergolong baik bagi pertumbuhan dan kelimpahan fitoplankton (Tabel 3).
Tabel 3. Parameter kualitas air danau Tarakani
No

Parameter

Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III

Titik 1
Titik
2
Titik
3
Titik 1
Titik
2
Titik
3
Titik 1
Titik
2
Titik
3
1
Suhu (0C )
30.0
20.7
30.0
31.0
30.0
28.0
31.0
31.2
31.3
2
Ph
8.0
7.5
7.5
7.5
7.3
7.6
7.8
7.5
7.6
3
DO (mg/l)
2.60
2.30
2.45
2.33
1.80
2.30
2.25
2.25
2.40
4
Salinitas (‰)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Kecerahan
3.70
1.70
1.00
1.00
1.00
4.5
1.3
1.50
3.2
6
Kekeruhan (m)
8.20
1.70
1.00
1.00
1.00
11.00
1.30
1.50
12.00
Pada umumnya suhu optimal pada perkembangan fitoplankton adalah 29°C- 30°C tetapi fitoplankton dapat berkembang dengan baik pada suhu 25°C. Berdasarkan suhu perairan pada danau Tarakani menunjukkan bahwa keadaan fitoplankton dalam berkembang dengan baik. Filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh baik pada kisaran suhu berturut-turut 30oC-35oC dan 20oC-30oC, dan filum Cyanophyta dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi (di atas 30oC) dibandingkan kisaran suhu pada filum Chlorophyta dan diatom (Welch 1980; Halsem 1995 in Effendi 2003).
Nila pH adalah nilai yang menunjukkan derajat keasaman dan kebasaan suatu perairan. Kisaran nilai pH pada danau Tarakani berkisar antara 7.3 – 8.0. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu, oksigen terlarut, dan kandungan garam-garam ionik suatu perairan. Kebanyakan perairan alami memiliki pH berkisar antara 6 – 9. Sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.
Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh DO, suhu, pH, salinitas, kekeruhan dan kecerahan. Dalam suatu penelitian, fitoplankton sering dijumpai adanya perbedaan baik jenis maupun jumlahnya pada daerah yang berdekatan, meskipun berasal dari massa air yang sama. Berdasarkan hasil penelitian kisaran nilai DO pada danau Tarakani berkisar antara 1,80 – 2,45 mg/l. Besarnya  oksigen terlarut sangat tergantung  berbagai macam faktor seperti suhu dan tekanan udara. Selain itu fitoplankton dan jumlah makhluk hidup serta besarnya zat organik yang terdekomposisi juga dapat mempengaruhi nilai DO menjadi rendah atau tinggi. Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l, sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara normal.
Salinitas air adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0 – 5 ppt (http://www.sentra-edukasi.com, 2011). Maka pada perairan danau Tarakani adalah 0 ppt.
Kecerahan adalah nilai kecerahan air untuk kehidupan plankton bisa mencapai 100 – 500m dibawah permukaan air. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air sehingga membatasi zona fotosintesis. Apabila kecerahan pada suatu perairan rendah, maka perairan keruh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kecerahan perairan danau Tarakani berkisar antara 1 – 4,5 m. Maka di perairan danau Tarakani tidak mempengaruhi kualitas fitoplankton maupun tumbuhan air yang ada didalam perairan, melalui penyedian energi untuk melangsungkan proses fotosintesa dan air yang terlalu keruh dapat menyebabkan ikan mengalami gangguan pernafasan (sulit bernafas) karena insangnya terganggu oleh kotoran.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Kisaran nilai kekeruhan yang terdapat di perairan danau Tarakani 1 – 12 m.
3. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jumlah jenis fitoplankton yang ditemukan adalah 13 jenis yang tersebar di 3 (tiga) stasiun pada masing-masing titik pengamatan (lihat Tabel 4).
Tabel 4. Komposisi jenis fitoplankton
No.
Nama Jenis
Jumlah Individu
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 1
Titik 2
Titik 3
1.
Coscinodiscus
3
4
3
0
5
3
7
2
0
2.
Rhizosolienia delicatula
3
3
6
7
4
5
0
4
8
3.
Melosira
6
6
0
4
0
0
3
0
6
4.
Cladophora
5
0
6
0
7
3
0
6
3
5.
Closterium
0
9
0
4
0
7
5
6
0
6.
Chaetoceros
0
8
11
3
4
1
0
3
5
7.
Mougeotia
8
0
7
2
0
5
5
4
7
8.
Ceratium fusus
3
0
5
4
5
0
3
7
5
9.
Ulothrix
9
4
0
1
7
0
0
4
0
10.
Bacillaria
0
5
3
0
3
6
4
0
8
11.
Cylotella
9
0
3
9
5
8
3
0
6
12.
Staurastrum
0
7
0
1
4
4
0
4
2
13.
Peridinium quinquecorne
0
5
7
3
0
4
5
0
5
Jumlah
46
51
51
38
44
46
35
40
55
Nilai Kelimpahan (ind/l)
287,5
318,75
318,75
237,5
275
287,5
218,75
250
34,37
Hasil analisis menunjukan bahwa kelimpahan fitoplankton berkisar antara 34,37 – 318,75 ind/l, sehingga dapat disebutkan bahwa fitoplankton terdistribusi secara luas pada di danau Tarakani. Menurut Nugroho, 2006 menyatakan bahwa suatu lingkungan yang tidak menguntungkan bagi fitoplankton dapat menyebabkan jumlah individu atau kelimpahan maupun jumlah spesies fitoplankton berkurang, karena suatu tingkat kesuburan suatu perairan salah satunya ditentukan oleh tingkat kelimpahan fitoplankton.
Berdasarkan nilai kelimpahan fitoplankton dapat dikatakan bahwa perairan danau Tarakani masih tergolong subur. Menurut Praseno dan Adnan (1984) dalam Fachrul (2007), kelimpahan fitoplanton yang terkandung didalam perairan danau akan menentukan kesuburan suatu perairan.
4. Penentuan Tingkat Pencemaran
Tingkat pencemaran di suatu perairan ditentukan menggunakan koefisien saprobitas yaitu Mesosaprobik, Polisaprobik, dan Oligosaprobik. Mesosaprobik, merupakan zona perairan tercemar sedang, komponen bahan organik lebih sederhana, kandungan oksigen lebih tinggi dibandingkan pada zona polisaprobik. Di zona ini terjadi proses mineralisasi oleh bakteri (konversi bahan organik menjadi bahan anorganik) yang hasilnya akan dimanfaatkan bagi pertumbuhan alga dan hewan yang toleran pada zona ini (Nemerow, 1991).
Polisaprobik, merupakan zona perairan tercemar berat, kandungan bahan organik sangat tinggi, kandungan oksigen terlarut rendah atau bahkan tidak ada sama sekali, serta merupakan zona yang mengalami proses reduksi komunitas (komunitas biota mengalami penurunan). Menurut Fachrul, 2007 bahwa perairan yang α-meso/polisaprobik merupakan perairan tercemar cukup berat dengan kisaran nilai (-1,5) - (-1,0) dan    α –mesoplisaprobik kisaran nilai (-1,0) - (0,5).  Fase saprobik α /β-mesosaprobik merupakan perairan dengan tingkat pencemaran sedang dan berada dikisaran nilai koefisien saprobik (-0,5) - (0). Untuk koefisien saprobitas fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Koefisien Saprobitas Fitoplankton
Pada perairan Danau Tarakani dengan menggunakan sampel pada tiga stasiun menunjukkan bahwa perairan Danau Tarakani tergolong pencemaran sangat ringan karena berada pada fase Oligo/β- mesosaprobik dengan nilai koefisien saprobiknya 1,49 – 1,72. Hal ini terlihat jelas dari hasil pengamatan di danau Tarakani ditemukan berbagai macam aktivitas masyarakat yang melakukan pemancingan ikan dan budidaya ikan di danau tersebut.
Penentuan tingkat pencemaran perairan Danau Tarakani serta hubungan terhadap indikasi yang ada, berdasarkan parameter biologi yaitu hasil koefisien saprobitas fitoplankton dan beberapa parameter lingkungan seperti DO, suhu, pH, salinitas, kekeruhan, dan kecerahan. Mesosaprobik merupakan zona perairan tercemar sedang, komponen bahan organik lebih sederhana, kandungan oksigen lebih tinggi dibandingkan pada zona polisaprobik. α-meso/polisaprobik dan α-mesosaprobik adalah fase yang tingkat pencemarannya cukup berat, komponen bahan organik. (Fachrul, 2007).
Penilaian terhadap saprobik fitoplankton di perairan Danau Tarakani tercemar cukup berat. Jadi penyebab sumber pencemaran berasal dari bahan organik dan anorganik tetapi berdasarkan hasil penelitian maka bahan organiklah yang lebih dominan dibandingkan bahan anorganik.
Komposisi fitoplankton spesies Peridinium quinquecorne menunjukan bahwa spesies ini lebih bertoksis. Fachrul 2007 bahwa penggunaan fitoplankton sebagai indikator kualitas lingkungan perairan karena untuk kelimpahahn fitoplankton yang terkandung di perairan Danau Tarakani dapat menentukan kesuburan suatu perairan. Setiap jenis fitoplankton berbeda reaksi fisiologi dan tingkah lakunya terhadap perubahan kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan berpengaruh terhadap stabilitas dan struktur ekosisitem. Akibat  akumulasi dari buangan limbah organik yang dilakukan oleh masyarakat di perairan Danau Tarakani sehingga terjadi pencemaran yang cukup berat.



KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kelimpahan fitoplankton terdistribusi merata secara luas pada danau tarakani.
2.      Tingkat pencemaran di danau Tarakani tergolong pada fase Oligo/β- mesosaprobik atau tingkat pencemaran sangat ringan.
2. Saran
Diharapkan penelitian ini menjadi bahan informasi dan peningkatan bagi masyarakat setempat agar mengurangi pembuangan limbah organik maupun anorganik secara sengaja, sehingga tidak terjadi tingkat pencemaran yang lebih berat.



DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Yogyakarta : Kanisius.
Effendi, H. 2003. Telah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Periaran. Kanisius: Yogyakarta.
Elfinurfajri feridian, 2009. Struktur komunitas fitoplankton serta Keterkaitannya dengan kualitas perairan Di lingkungan tambak udang intensif. Departemen MSP-FPIK. Institut pertanian bogor.
Fachrul, 2007. Metode Sampling Bioekologi. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
Hamdan Wahid, 2011. Pencemaran-Lingkungan. http://www.goblue.or.id. diakses tanggal 3 November 2011.
http://maruf.wordpress.com. Mengenal-Diatom. Diakses tanggal 08 Agugustus 2011.
http://rhariyati.blogspot.com. Cyanophyta. Diakses tanggal 04 Juni 2011.
http://mikhsanamin.blogspot.com. Cyanophyta. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://www.bplhdjabar.go.id. lingkungan/305-pencemaran-air. Diakses tanggal 11 November 2011. 
http://www.ipauniversal.co.cc. limbah organik. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://wong168.wordpress.com. Parameter Lingkungan. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://hamidsetiabudi.blogspot.com. Ciri-Ciri Phytoplankton Potensinya. Diakses 11 November 2011.
http://Zaifbio.Wordpress.Com. Chrysophyta. Diakses tanggal 20 Juli 2011
http://naburjugolan perikanan.blogspot.com. laporan-praktikum-planktonologi. Diakses tanggal 30 November 2011.
http://id.answers.yahoo.comLimbah Organik. Diakses tanggal 10 Juli 2011.
http://adikristanto.net. Sampah-Organik-Dan-Anorganik. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://id.shvoong.com. daur-ulang-limbah-organik. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://www.scribd.com/doc. RPP-Kognitif. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://naburjugolan-perikanan.blogspot.com. Perikanan Laut. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://silicasecchidisk.connocoll.edu. Cyclotella. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://repository.usu.ac.idChapter%20II.pdf. Diakses tanggal 11 November 2011.
http://www.sentra-edukasi.com. Salinitas-Air-Tawar-Laut-Payau. Diakses tanggal 11 November 2011.

http://translate.google.co.id. Pengantar Chrysophyta  Alga Emas. Diakses tanggal 20 Agustus 2011.

http://translate.googleusercontent.com. Chrysophyta. Diakses tanggal 3 November 2011.

Juwana S. 2009. Biologi Laut; Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Kaunar Nuryani, 2011. Analisis Tingkat Pencemaran Perairan Dengan Koefisien Saprobitas Fitoplankton
Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary, and Ocean Pollution. Second Edition. Van Nostrand Reinhold. New York. Sladecek, U. 1979. Continental System For The Assessment of River Quality. p 3-  – 3-27. In James, A. dan L. Evison. Botanical Indicator of Water Quality. John Wiley and Sons Ltd. Chicester. New York. Brisbane. Toronto.
Nontji A, 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta.
Nugroho, 2006. Bio-indikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.
Pirzan, 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air di Pulau Bauluang, kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Sachlan. 1982. Planktonologi. Semarang : Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro.
Sondoro, 2009. Pengertian dan Penggolongan Plankton. http://wordpress.com. Diakses tanggal 1 November 2011
Supartiwi, E. N. 2000. Karakteristik Komunitas Fitoplankton dan Perifiton Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Sungai Ciujung, Jawa Barat. Skripsi. Prodi MSP. Institut Pertanian Bogor.
Wardoyo, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengairan Dep. PU.), hal 293-300.





 


DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                             Halaman
     1        Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian .................................. 12
     2        Hubungan antara koefisien saprobik (x) dengan tingkat
              pencemaran perairan  (Fachrul, 2007) ..................................................... 16
     3        Parameter kualitas air danau Tarakani .................................................... 17
     4        Komposisi jenis fitoplankton .................................................................. 19

1 komentar:

  1. sundul77.com Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya
    sundul77.com Adalah Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88 sundul77 Merupakan Salah Satu Bandar Bola, Bandar Casino, Poker Online Terpercaya IDNSPORT. Kelebihan Bandar Bola Terbesar www.sundul77.com Desain Website Menarik, Live Casino Online 24 Jam Non-Stop Bersama Dealer Eropa & Dealer Asia..
    Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88
    Bolagaming mempunyai tim berpengalaman dalam melayani setiap member yang bergabung di situs judi taruhan bola terbaik ini. Kami menyediakan customer service online 24 jam yang akan menemani anda dan membantu memberikan arahan kepada anda agar mudah saat melakukan pendaftaran. Anda bisa memilih jenis permainan judi taruhan online apa saja sesuai keinginan anda.
    Ayo Bergabung Bersama Situs Judi Taruan Bola Terlengkap Bolagaming
    situs agen bola terbaik,judi casino online,poker uang asli,poker uang asli,agen ibcbet

    BalasHapus