Senin, 04 Maret 2013

HUBUNGAN IKAN KARANG PADA TERUMBU BUATAN (Artificial reef) DI PERAIRAN DESA GUAEMAADU KECAMATAN JAILOLO SELATAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT

                                                          I.    PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
      Ikan karang merupakan ikan yang hidup berkembang biak dan mencari makan di sekitar ekosistem terumbu karang. Ikan karang pada umumnya berukuran kecil dan relatif  tidak berpindah-pindah dan sebagian besar merupakan ikan hias. Potensi ikan karang yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta merupakan komoditi ekspor mendorong eksploitasinya secara besar-besaran, yang dapat mengancam kelestariannya. Meskipun sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali namun sifatnya yang terbatas sehingga perlu pengelolaan secara bijaksana, terkendali dan terencana (Purwanti, 2004).
         Jenis ikan pada terumbu karang menyesuaikan diri dengan jaring makanan dalam beberapa cara sehingga ada suatu keseimbangan yang rumit dari banyak hubungan mangsa memangsa. Beberapa kelompok ikan tentu saja penting untuk ekosisten terumbu karang. Contohnya pada ikan family Chaetodontidae, memiliki makanan kegemarannya sendiri yaitu polyp karang, yaitu dengan jalan memperhatikan jumlah induvidu dan keragaman jenisnya.
        Kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh penggunaan bahan peledak di sekitar perairan Jailolo, menurut keterangan beberapa warga di sekitarnya telah berlangsung lama dan menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu karang dalam hamparan yang luas dan pada saat ini tidak lagi berlangsung. Bahkan pada beberapa tempat di bagian terumbu karang yang rusak gejala ”coral recruitment” atau perkembangan terumbu-terumbu muda dapat terlihat (Supriharyono. 2002).
Selain kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh penggunaan bahan peledak, kerusakan terumbu karang dibeberapa lokasi sekitar perairan Jailolo disebabkan oleh kerusakan secara alamiah yaitu munculnya terumbu karang melewati ketinggian permukaan air laut (coral expouse phenomena) dalam waktu yang lama. Untuk mengantisipasi masalah ini, maka telah dilakukannya peletakan terumbu buatan pada bulan oktober 2006 sebanyak 10 unit (Wahidin, 2006).
          Waktu pelaksanaan kegiatan peletakan terumbu buatan dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 di Perairan Desa Guaemadu Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Kondisi terumbu buatan di perairan Desa Guaemadu Kecamatan Jailolo Selatan dari hasil pengamatan sudah efektif sebagai terumbu alami dan mampu menciptakan tempat untuk habitat baru. Ini disebabkan karena pada terumbu buatan tersebut sudah ditumbuhi biota penempel seperti terumbu karang alami, algae dan sudah dihuni oleh berbagai jenis ikan.(boy umrun)
        Bentuk terumbu buatan seperti balok dengan ukuran tinggi 1,5 m dan lebar bawah 1 m dan lebar atas 50 cm dan bahan yang digunakan dalam terumbu buatan yaitu beton dan besi, pada terumbu buatan tersebut terdapat lubang (celah) karna organisme yang hidup di terumbu buatan menjadikan lubang atau celah sebagai tempat bersembunyi untuk menghindar dari predator.
        Untuk mengetahui efektifitas dari terumbu buatan sebagai pengganti terumbu karang alami yang rusak, maka dapat di lihat dari keanekaragaman jenis ikannya. Suatu ekosistem terumbu karang dikatakan masih sehat apabila terdapat indikator spesies (Kusen dkk, 1998 dalam Wenas 2004). Lebih lanjut Reese, (1997) dalam Marsaoly (2004), mengatakan bahwa indikator yang baik digunakan adalah ikan yang termasuk family Chaetodontidae karena bersifat teritorial, yaitu mudah diduga pola pergerakannya dan menetap di daerah terumbu karang sebagai tempat mencari makan.
      Berdasarkan latar belakang dari masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Hubungan Kelimpahan Ikan Karang Pada Tutupan Terumbu Buatan di Perairan  Desa Guaemadu Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat.”
1.2. Tujuan
      1.    Mengetahui jenis-jenis ikan karang yang ada di daerah terumbu buatan di perairan Desa    Guaemadu
     2.    Mengetahui struktur komunitas yang meliputi kelimpahan, kepadatan relatif, keanekaragaman jenis, dominasi jenis dan kemerataan jenis ikan karang yang hidup pada terumbu buatan di Desa Guaemadu perairan jailolo selatan.
      3.    Mengetahui hubungan antara kelimpahan jenis ikan karang dengan tutupan terumbu buatan
1.3.      Manfaat
     Adapun manfaat yang hendak dicapai yaitu untuk memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat maupun instansi yang terkait tentang fungsi dari terumbu buatan dan keberadaan ikan-ikan karang yang terdapat pada terumbu buatan di perairan Desa Guaemadu Kecamatan Jailolo selatan

                                                             II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pengertian Ikan dan Ikan Karang
       Ikan merupakan vertebrata tertua dan pertama dan termasuk kelompok Chordata. Ikan merupakan hewan bertulang belakang yang tumbuh dan hidup di dalam air, berdarah dingin, mempunyai insang dan menggunakan sirip untuk berenang. Dari 13.500 jenis ikan yang menghuni laut terdapat sekitar 4.000 jenis ikan yang menempati perairan di sekitar terumbu karang (Supriharyono, 2002). Menurut definisi Food and Agriculture Organization (FAO), ikan tidak hanya terbatas pada pengertian ikan yang selama ini dipahami orang awam, yaitu ikan (finfish) yang bersirip dan bersisik serta dapat berenang dengan bebas di air. Definisi FAO mengenai ikan adalah organisme laut yag terdiri dari ikan (finfish), binatang berkulit keras (krustasea) seperti udang dan kepiting, moluska seperti cumi dan gurita, binatang air lainnya seperti penyu dan paus, rumput laut, serta lamun laut. Definisi ini telah diadopsi sebagai definisi ikan dalam konteks perikanan di Indonesia.
       Ikan karang merupakan sekumpulan ikan yang berada di daerah tropis dan kehidupannya berkaitan erat dengan terumbu karang (Sale, 1991 dalam Sadewo, 2006). Ikan-ikan tersebut memanfaatkan terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung untuk kepentingan hidupnya. Menurut Nybakken (1988), ikan karang merupakan organisme yang sering dijumpai di ekosistem terumbu karang. Keberadaan mereka telah menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem paling banyak dihuni biota air.


2.2.    Klasifikasi Ikan Karang
Terangi (2004) mengemukakan bahwa Ikan karang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Philum : Chordata
Klas : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Famili : contoh (Lutjanidae)
Genus : Contoh (Lutjanus)
Spesies : Contoh ( Lujanus kasmira)
  
2.3.    Pengelompokan Ikan Karang
2.3.1.    Ikan karang dikelompokkan berdasarkan siklus hidup
         Berdasarkan siklus hidupnya, ikan di perairan terumbu karang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu yang bersifat menetap dan sementara. Kelompok yang bersifat menetap adalah kelompok ikan yang seluruh siklus hidupnya berada di perairan terumbu karang yaitu lahir, besar, mencari makan, berlindung dan memijah. Contohnya Chaetodontidae, Serranidae, Pomacanthidae, adalah ikan-ikan terumbu karang. Sedangkan kelompok ikan yang bersifat sementara adalah kelompok ikan yang hanya sebagian siklus hidupnya yaitu larva atau dewasa yang menempati perairan di sekitar terumbu karang. Contohnya adalah ikan yang hidup di laut lepas datang ke perairan karang untuk memijah (Purwanti, 2004).
2.3.2.    Ikan karang dikelompokkan berdasarkan distribusi harian
       Berdasarkan distribusi hariannya, ikan karang umumnya terbagi 2 (dua) kelompok besar, yaitu ikan diurnal dan nokturnal. Ikan diurnal aktif disiang hari dan merupakan kelompok terbesar di ekosistem terumbu karang. Jenis-jenisnya adalah famili Pomacentridae, Labridae, Acanthuridae, Chaetodontidae, Serranidae, Pomacanthidae, Lutjanidae, Balistidae, Cirrhitidae, Tetraodontidae, Bleniidae dan Gobiidae. Ikan- ikan diurnal makan dan tinggal di permukaan karang serta memakan plankton yang lewat di atasnya. Pada malam hari ikan-ikan diurnal akan masuk dan berlindung di dalam karang, keberadaan ikan tersebut akan digantikan oleh ikan-ikan nokturnal yaitu ikan yang aktif di malam hari. Mereka keluar pada malam hari untuk mencari makan, dan siang hari mereka masuk kembali ke celah-celah karang. Ikan-ikan nokturnal meliputi Holocentridae, Apogonidae, Haemulidae, Muraenidae, Scorpaenidae, Serranidae dan Labridae. Selain ikan diurnal dan nokturnal, ada pula ikan-ikan yang sering melintasi ekosistem terumbu karang seperti Scombridae, barracuda (Sphyraenidae), ekor kuning (Caesionidae) dan hiu (Alopiidae) (Allen dan Steene, 1990 dalam Purwanti, 2004).
2.3.3.    Ikan karang dikelompokkan berdasarkan periode aktif mencari makan
        Kelompok ikan karang yang dikelompokan berdasarkan periode aktif mencari makan dapat dibagi menjadi 3 kelompok., yakni :
       1.    Ikan Nokturnal (aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae. Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae (Jewfish) dan beberapa dari suku dari Mullidae (goatfishes) dll.
     2.    Ikan Diurnal (aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae (Damselfishes), Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae(Surgeonfishes), Bleniidae(Blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae, stracionthidae(Boxfishes),etraodontidae, Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae (goatfishes).
     3.    Ikan Crepuscular (aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari suku Sphyraenidae (Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae, lamnidae, Spyrnidae (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels) (Terangi, 2004).

2.4.    Jenis Ikan Karang
        Pengenalan jenis ikan karang dengan jumlah spesies yang demikian banyak bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini dikarenakan pergerakan ikan karang yang sangat aktif, sehingga menyulitkan pengamatan, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan menyelam yang baik dan penguasaan ilmu identifikasi ikan yang didasarkan pada ciri-ciri spesifiknya baik secara morfologi maupun anotominya (Terangi, 2004).
      Untuk keperluan praktis, pengenalan secara cepat terhadap jenis-jenis ikan karang dapat dilakukan dengan mengetahui bentuk umum ikan karang berdasarkan familinya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada umumnya ikan yang mempunyai pola bentuk tubuh yang sama digolongkan kedalam satu famili. Jenis-jenis ikan karang tersebut antara lain :
     1.    Ikan Target adalah Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan kosumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae Labridae (Chelinus, Himigymnus, choerodon) dan Hamulidae (Terangi, 2004; LIPI, 2006).
     2.    Ikan Indikator Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili  Chaetodontidae/kepe-kepe (Terangi, 2004; LIPI, 2006).
    3.    Ikan Lain (Mayor Famili) adalah Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut (Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae Labridae,  pogonidae dll.) (Terangi, 2004). Lebih lanjut LIPI (2006) mengemukanakan bahwa kelompok ikan karang ini selalu dijumpai di terumbu karang yang tidak termasuk dalam kedua katagori diatas.
    
2.5    Pengertian Ekosistem Terumbu Karang
      Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan.  Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang
     Terumbu (Reef) merupakan Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggunungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air (Suharsono, 1996).   
       Karang (Coral) disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip. Karang terumbu Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypiccoral). Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati. Terumbu karang Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-¬jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis¬jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton (Suharsono, 1996).
      Terumbu karang atau coral reefs adalah ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. (Dahuri, 2003)
       Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu karang disebut polip yang menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit. Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis. Dalam gastrodermis terdapat tumbuhan renik bersel tunggal yang dinamakan zooxantellae yang hidup bersimbiosis dengan polip. Zooxantellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis, yang kemudian disekresikan sebagian ke dalam usus polip sebagai pangan. (Veron 1996)
2.6   Fungsi Terumbu karang Buatan
        Yang dimaksud dengan Terumbu Karang Buatan adalah benda-benda keras seperti kapal bekas, mobil bekas, ban mobil bekas dan bahan-bahan beton lainnya yang diletakkan di dasar laut yang mendatar, berdasar pasir halus atau lumpur, dengan tujuan untuk merubah habitat dasar laut yang berpasir halus dan miskin ikan itu menjadi habitat yang keras dan kaya akan ikan-ikan komersial serta biota lainnya. Terumbu Karang Buatan semacam ini mula-mula digunakan orang untuk meningkatkan hasil ikan pada tempat-tempat yang kurang produktif seperti pantai berpasir/berlumpur, dan untuk meningkatkan penghasilan nelayan-nelayan kecil yang tidak mampu menangkap ikan di lautan terbuka. Terumbu buatan merupakan suatu struktur yang dengan sengaja ditempatkan didasar perairan dan meniru beberapa karakteristik terumbu karang alami. Sifat dari material terumbu buatan yang digunakan adalah memenuhi syarat-syarat khusus, seperti mampu tahan lama di dalam air, aman dan tidak bersifat racun, bersifat dengan baik dan ekonomis (Pustlibang Perikanan, 1994 dalam Reppie, 2006).
      Terumbu buatan setelah beberapa waktu ditempatkan didasar perairan akan ditumbuhi oleh berbagai jenis biota penempel seperti algae, terumbu karang dan biota lainya yang diantaranya merupakan sumber makan ikan, sehingga dengan demikian ikan akan datang ke terumbu selain untuk mencari makan juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk berlindung, dan akhirnya akan berkembang biak di terumbu buatan tersebut (Walsium dan Murniyati, 1997).
Seamen dan Jensen (2000), mencatat bahwa minimal terdapat 12 jenis tujuan penggunaan terumbu buatan yaitu untuk :
1.    Meningkatkan produksi perikanan rakyat
2.    Meningkatkan produksi perikanan komersial
3.    Lokasi budidaya laut
4.    Lokasi rekreasi skin diving
5.    Lokasi pariwisata bawah laut
6.    Mengendalikan mortalitas penangkapan ikan
7.    Mengendalikan siklus hidup organisme laut
8.    Melindungi habitat laut
9.    Daerah konservasi keanekaragaman hayati laut
10.    Mengurangi degradasi dan kehilangan habitat laut
11.    Penelitian dan pendidikan.

2.6.1    Penentuan Lokasi
      Keberhasilan metode terumbu karang buatan didasari oleh teori yang mengatakan bahwa jenis-jenis ikan tertentu mempunyai kecenderungan untuk mendekati atau menyukai benda-benda keras, adanya kecenderungan ikan-ikan untuk selalu berkumpul satu sama lain (schooling behavior), kecenderungan untuk mencari perlindungan, serta untuk memperoleh makanan. Oleh karena itu terumbu karang Buatan sebaiknya diletakkan di dasar laut yang mendatar berdasar pasir atau lumpur yang miskin akan jenis-jenis ikan buruan (sport fishes) yang bersifat menetap, di habitat keras atau di daerah tanaman algae yang lebat, dan pada kedalaman tidak lebih dari 20 meter sehingga dengan diletakkannya terumbu karang Buatan di tempat demikian diharapkan akan dapat mendatangkan ikan-ikan buruan tersebut. Sedangkan untuk kepentingan penyelaman dengan menggunakan scuba tidak diperlukan adanya “decompression chamber” (Supriharyono, 2002).


                                              III.    METODOLOGI  PENELITIAN
3.1.     Tempat dan Waktu
        Kegiatan penelitian ini dilakukan pada terumbu buatan di Perairan Desa Guaemadu Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat. Provinsi Maluku Utara dan waktu pelaksanaanya dilakukan pada bulan Desember 2010.
3.2.  Alat dan Bahan
        Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan selama penelitian
   Alat dan Bahan    Kegunaan
•    9 (Sembilan) unit terumbu buatan
•    SCUBA
•    Kamera bawah air
•    1 unit motor laut
•    Alat tulis menulis
•    Hand Refraktometer
•    Divecom
•    Buku identifikasi ikan (Peristiwadi, 2006)
•    Sabak dan pensil
•    Ikan-ikan karang     •    Habitat ikan-ikan karang
•    Peralatan dalam penyelaman
•    Dokumentasi
•    Alat transportasi
•    Mencatat data
•    Alat untuk mengukur salinitas
•    Alat mengukur suhu dalam air
•    Panduan identifikasi ikan karang
•    Untuk menulis dalam air
•    Sebagai objek penelitian
3.3.     Tehnik Pengambilan Data
           Sesuai dengan jenis dan sifat data dalam mencapai tujuan untuk keakuratan data penelitian ini, secara umum pengambilan data terbagi dalam 2 bagian pokok, yakni kegiatan pengambilan data geografis (spasial) dan pengumpulan data untuk jenis-jenis ikan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka kegiatan pengambilan data dapat disusun dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu tahapan persiapan, dan cara pengambilan data di lapangan. Secara rinci tahapan tersebut di uraikan sebagai berikut
 3.3.1.   Proses Persiapan.
         Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam melakukan pengamatan visual ikan. Kegiatan tersebut selanjutnya ditindak lanjuti dengan menyusun jadwal kegiatan, mempersiapkan team yang akan siap untuk membatu serta persiapan komsumsi yang akan di bawah di lokasi pengambilan data. Kegiatan lain pada tahap persiapan ini berupa pengumpulan data pengamatan aktifitas masyarakat disekitar lokasi penelitian sebagai informasi data.
3.3.2    Tahap Pengambilan Data Lapangan
      Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi pengukuran parameter perairan serta pengumpulan data pada jenis-jenis ikan karang yang terdapat pada terumbu buatan.
Data struktur komunitas ikan-ikan karang pada terumbu buatan di amati dengan menggunakan metode ”Underwater Census Visual (UCV)” (English et al. 1997). Dengan kamplingan area 5 x 5 m pada terumbu buatan. yaitu dengan cara melakukan pengamatan untuk mengidentifikasi objek penelitian dengan cara penyelaman. Dimana penyelaman dilakukan pada lokasi terumbu buatan (9 unit) dengan cara mengamati dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan karang yang terdapat di sekitar areal terumbu buatan.
Adapun tahapan pengamatan pada jenis-jenis ikan
     1.    Penyelaman pada tempat yang sudah di tandai sebelumnya.
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan adalah memberikan sinyal atau tanda (pelampung) pada terumbu buatan pertama. Guna untuk mempermudah pengamatan objek penelitian pada terumbu buatan.
    2.    Pengamatan ikan dilakukan dengan cara berenang perlahan-lahan menggunakan peralatan SCUBA  menyususri tempat objek penelitian yakni terumbu buatan sambil mengidentifikasi keberadaan ikan-ikan yang terdapat di sekitarnya. Setelah sampai ke tempat objek penelitian peneliti berhenti sejenak selama 10-15 menit guna untuk menarik perhatian ikan atau untuk mengembalikan ikan karang yang terganggu akibat aktifitas pergerakan sendiri.
      3.    Spesies ikan yang terlihat dengan jarak pandang sejauh 1,5 m. dari batas jarak tersebut dapat di catat di papan sabak, spesies ikan karang yang tidak dapat teridentifikasi secara langsung oleh peneliti dituliskan cirri-cirinya di papan sabak atau dengan cara memotret dan merekam hasil pengamatan dengan menggunakan kamera bawah air yang sudah di setting pada mode Video. untuk kemudian hasilnya diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi dari Kuiter (1992) dan  (Peristiwadi, 2006)
3.4.     Teknik Analisis Data
3.4.1.    Kelimpahan Ikan Karang
          
dimana :      X   =     Kelimpahan ikan
Xi     =     Jumlah ikan pada stasiun pengamatan ke-i
n     =     Luas terumbu karang yang diamati (m2)

3.4.2.    Kepadatan Relatif
         Analisis kepadatan relatif diperoleh dengan menggunakan indeks kepadatan relatif (Cox, 1967).
                                           Jumlah induvidu tiap spesies
   Kelimpahan relatif (%)  =                                                                  x 100
                                                 Jumlah induvidu seluruh spesies

3.4.3.    Keanekaragaman Jenis
Untuk menghitung besarnya keanekaragaman digunakan metode Shannon dan Wiener (Ludwig dan Reynolds, 1988)
                                   
Dimana :
H’ = Indeks keragaman
pi  = ni/N
ni  = jumlah individu dalam setiap spesies
N  = jumlah individu dalam seluruh spesies
Keterangan :
•    Bila : H’ < 1 : keragaman rendah dengan jumlah individu tidak seragam dan salah satu spesiesnya ada yang dominan
•    1 ≤ H’ ≤ 3 : keragaman sedang dengan jumlah individu tiap spesies tidak seragam tetapi tidak ada yang dominan
•    H’ > 3 : keragaman tinggi dengan jumlah individu tiap spesies seragam dan tidak ada yang dominan.


3.4.4.    Indeks Dominansi
                                                         
Keterangan :
Ni = Jumlah induvidu tiap jenis
N = Jumlah induvidu seluruh jenis
Dengan kriteria :
Nilai C berkisar 0-1
Jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila nilai C mendekati 1 berarti adanya salah satu spesies yang mendominasi.
3.4.5.    Indeks Kemerataan  (Wibiosono, 2005)

Keterangan :
E        = Indeks kemerataan
H’      = Keanekaragaman jenis
H max  = Ln S
S       =  Jumlah Spesies
Dengan kriteria
> 0,81        = Penyebaran jenis sangat merata
0,61-0,81    = Penyebaran jenis lebih merata
0,41-0,60    = Penyebaran jenis merata
0,21-0,40    = Penyebaran jenis cukup merata
< 0,21        = Penyebaran jenis tidak merata

3.4.6.    Tutupan Karang
      Untuk analisis presentase tutupan karang dipakai formulasi English at al (1994) sebagai berikut :

3.4.7.    Hubungan Kelimpahan Ikan Karang Dengan Kondisi Tutupan Karang Buatan
Persamaan regresi linier dari Y terhadap X (Sir Francis Galton, 1877)
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Kelimpahan ikan karang                            a = Intersep
X = Kondisi tutupan karang buatan                         b = Koefisien regresi/ slop

Tidak ada komentar:

Posting Komentar